Si anjing liar dari Jogjakarta
Apa kabarmu ?
Kurindu gonggongmu
Yang keras hantam cadas
Si kuda binal dari Jogjakarta
Sehatkah dirimu ?
Kurindu ringkikmu
Yang genit memaki onar
Dimana kini kau berada ?
Tetapkah nyaring suaramu ?
Si mata elang dari Jogjakarta
Resahkah kamu ?
Kurindu sorot matamu
Yang tajam belah malam
Di mana runcing kokoh paruhmu ?
Tetapkah angkuhmu hadang keruh ?
Masih sukakah kau mendengar ?
Dengus nafas saudara kita yang terkapar
Masih sukakah kau melihat ?
Butir keringat kaum (orang) kecil yang terjerat
Oleh slogan slogan manis sang hati laknat
Oleh janji-janji muluk tanpa bukti
Di mana kini kau berada ?
Tetapkah nyaring suaramu ?
Di mana runcing kokoh paruhmu ?
Tetapkah angkuhmu hadang keruh ? Willi – album Ethiopia ; Iwan Fals
Berawal saat saya membeli kaset album “ Kantata Taqwa “, kaset pertama yang saya beli di usia 16 th, setara sma waktu itu. Namun kaset itu pula yang mengiring saya dan berdampak luar biasa bagi saya untuk meng-apresiasi atau menikmati saja-sajak Ws Rendra. Sajak-sajaknya yang begitu mudah untuk saya pahami, namun sangat kuat dan membekas untuk dihayati. sajak-sajaknya yang bernada protes atas ketidak-adilan, cinta, kemanusian atau wisdown sering membuat saya terkesiap dan terpana.
Kesaksian – album kantata taqwa.
banyak orang hilang nafkahnya
aku bernyanyi menjadi saksi
banyak orang dirampas haknya
aku bernyanyi menjadi saksi
atau paman doblang – album kantata taqwa yang satu bait syairnya di ulang-ulang oleh ws rendra dengan suara yang berat memancarkan semangat untuk terus berjuang.
Kesadaran adalah matahari
kesabaran adalah bumi
Dan perjuangan
Adalah pelaksanaan kata-kata.
Rajawali – album kantata taqwa
Satu luka perasaan
Maki puji dan hinaan
Tidak merubah sang jagoan
Menjadi makhluk picisan
Dan kebetulan karena rasa rindu dan penasaran akan suara dan karya beliau, saya pun sempat membeli kaset berupa salah satu kumpulan sajaknya seperti “ Sajak Joki Tobing Untuk Widuri, Doa serdadu sebelum berperang, Sajak seorang tua untuk bandung lautan api dst “.
Seperti “ Sajak Seorang Tua Untuk Istrinya “, merupakan sajak yang mengajarkan untuk memaknai dan menjalani hidup apa adanya dan tampa kepura-puraan. suka dan duka adalah suatu kewajaran dalam hidup ini dan setiap orang mengalaminya.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Kewajiban dan kesalehan kita kepada Tuhan haruslah bukan sebuah beban, tapi merupakan tugas yang mengolah kita menjadi manusia. dan selayaknya kita menjadi manusian harus bermangfaat bagi manusia lainya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Ah itulah sebatas pemahaman saya pada sebagian sajak-sajak belaiu, pemahaman dan penghayatan yang tentunya takaranya sangat subjektif dan personal.
Kini beliau sudah tiada seperti manusia lainya, namun karya-karya nya tak akan sia-sia untuk di nikmati dan di hayati. dan saya bukanlah siapa-siapa apalagi muridnya hanya sebagai pengemar dari jutaan pengemar di negri ini. namun karena rasa tertarik yang begitu mengebu-gebu saya sempat membuat blog yang terinspirasi oleh sajak beliau tentang “ Rajawali “, dan sempat membuat blog bergambarkan beliau ( sayang gambarnya di simpan di googlepages, jadi hilang ).
ya itu biasa saja seorang pengemar terhadap idolanya. – walaupun ada beberapa hal yang tidak sependapat.
Selamat jalan suhu “ willy “ semoga Alloh membalas segala kebaikannya. amin.